1. Blok Anambas – Investasi besar dari Timur Tengah
Per Mei 2025, KUFPEC (Kuwait) resmi mendapatkan izin eksplorasi dan pengembangan Blok Anambas di Laut Natuna, dengan rencana investasi sekitar US$1,54 miliar .
Produksi tahunan ditargetkan 55 juta kaki kubik gas per hari (±185 BCF/tahun), dimulai pada 2028. Gas akan disalurkan lewat infrastruktur “West Natuna Transportation System” ke pasar domestik dan regional.
Analisis singkat:
- Energi alternatif penting untuk meningkatkan ketahanan energi nasional.
- KUFPEC sudah membawa teknologi dan pengalaman di Natuna, jadi transisi kurang riskan.
- Pemerintah diperkirakan akan mengajukan final investment decision tahun depan.
2. Blok Bobara – Era baru deep-water Indonesia
Menurut data Reuters (20 Mei 2025), Petronas sudah teken kontrak pengelolaan Blok Bobara (West Papua deep-water) pada 2024—dengan cadangan diperkirakan mencapai 6,8 miliar BOE .
Saat ini tengah berlangsung negosiasi konsorsium dengan Pertamina dan TotalEnergies.
Prospek:
- Deep-water pertama sebagai operator utama Indonesia—sebuah milestone.
- Hasil migas yang besar mampu meningkatkan posisi Indonesia di rantai nilai industry lepas laut.
- Negosiasi pihak global dan BUMN bisa memperkuat transfer teknologi dan funding.
3. Blok Tuna – Sengketa Natuna Soal Kedaulatan
Blok Tuna, lepas pantai Natuna Utara, berada dalam klaim “natuna EEZ” tetapi juga berada di dalam garis sembilan dash China. Ribuan ton kapal patroli China pernah terlihat di sekitar blok, tetapi operasi pengembangan tetap berjalan .
Investasi awalnya diperkirakan sekitar US$3 miliar untuk produksi gas hingga 115 juta kaki kubik/hari pada 2027.
Analisis:
- Menuntut strategi maritim Indonesia kombinasikan kekuatan diplomasi dan militer.
- Persepsi risiko geopolitik dapat menimbulkan tekanan terhadap investor asing.
4. Blok Ambalat – Potensi tinggi, diplomasi mendesak
Terletak di Laut Sulawesi, Blok Ambalat menjadi sumber cadangan migas yang sangat besar: 764 juta barel minyak dan 1,4 TCF gas .
Saat ini masih dalam tahap studi bersama antara Pertamina dan Petronas—belum ada aktivitas eksplorasi langsung.
Tantangan utama:
- Harus disepakati kesepakatan zona batas laut Indonesia–Malaysia.
- Ketiadaan kepastian bisa meredam minat investor besar.
5. Lelang Blok Baru – Kebijakan eksplorasi agresif
Pemerintah Indonesia telah melelang setidaknya 5 blok baru pada April 2025 (Gaea, Gaea II, Binaiya, Sepang, Kojo) dengan komitmen eksplorasi besar regionally (~15–18 BBOE/gas) .
Pemerintah juga merencanakan 60 blok tambahan di masa mendatang, mengadopsi sistem gross-split dan cost-recovery untuk menarik investor global .
Potensi Ekonomi & Strategi
- Diversifikasi portofolio – dari gas (Anambas, Tuna) ke oil-heavy (Bobara, Ambalat).
- Permintaan gas domestik meningkat, mendorong substitusi impor dan stabilisasi harga energi.
- Potensi penerimaan negara: devisa ekspor, pajak, dan peningkatan investasi lokal.
- Lapangan kerja dan nilai tambah wilayah: terutama di Natuna, Maluku, dan Papua.
- Transfer teknologi dari perusahaan global akan memperkuat industri migas dalam negeri.
- Risiko geopolitis rendah jika dikelola dengan diplomasi kuat dan platform maritime enforcement.
Blok migas di wilayah sengketa terus menjadi buku ajar modern antara kekayaan sumber daya, ekonomi strategis, dan diplomasi kawasan.
Indonesia berada di persimpangan penting: beberapa blok siap diproduksi, ada ancaman geopolitik nyata, namun juga peluang mendongkrak cadangan energi nasional.
Tarikannya nyata—dana miliaran dolar, stabilitas regional, dan jaminan energi jangka panjang. Indonesia harus memainkan kartu eksplorasi dan diplomasi secara bersamaan agar tak sekadar melihat potensi, tapi menuai hasilnya.
Tim Riset Migas360.id





