Beranda / Mineral / Saham Mineral Terlaris dan Paling Diburu: Emas, Nikel dan Transisi Energi

Saham Mineral Terlaris dan Paling Diburu: Emas, Nikel dan Transisi Energi

A person using a smartphone and tablet for stock market analysis, with graphs and cash visible.

Dalam pusaran transisi energi global dan percepatan kendaraan listrik (EV), saham-saham sektor mineral di Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali menjadi pusat perhatian para investor. Dari nikel, emas, hingga tembaga, perburuan tidak hanya soal potensi keuntungan jangka pendek, tapi juga soal siapa yang paling siap menyuplai kebutuhan dunia baru berbasis energi hijau.

5 Saham Mineral Paling Favorit & Aktif

Dari data volume transaksi, kapitalisasi pasar, serta minat institusi asing, berikut saham mineral terlaris saat ini:

ANTM Aneka Tambang TbkNikel, Emas, Bauksit BUMN strategis, proyek EV, hilirisasi aktif
INCOVale Indonesia Tbk Nikel Backed by Vale Canada, efisiensi tinggi
MDKA Merdeka Copper Gold TbkEmas, Tembaga Ekspansi agresif, aset berkualitas
AMMNAmman Mineral Internasional TbkTembaga, EmasProduksi tembaga terbesar nasional
MBMAMerdeka Battery Materials TbkNikel (EV)Fokus pada supply chain baterai EV

Mengapa Investor Serbu Saham Mineral?

1. Booming Kendaraan Listrik (EV)

Nikel, tembaga, dan kobalt adalah bahan baku utama baterai lithium-ion.

Indonesia sebagai penghasil nikel terbesar dunia menjadi “ladang emas” baru.

2. Hilirisasi dan Proyek Strategis Nasional

Pemerintah melalui UU Minerba dan Inpres Hilirisasi memaksa produsen tambang mentah masuk ke industri pemrosesan dan EV.

Emiten seperti ANTM, MBMA, dan INCO mendapat dukungan penuh regulasi dan investor asing.

3. Hedge Terhadap Volatilitas Global

Emas dan tembaga (MDKA, AMMN, PSAB) dilirik sebagai aset safe haven di tengah geopolitik yang memanas (misal perang Laut China Selatan & Timur Tengah).

Analisa Proyeksi Jangka Panjang Saham Mineral (2025–2030)

1. Nikel – Raja Baterai Dunia

Permintaan: Diproyeksikan tumbuh 5x lipat pada 2030 karena lonjakan produksi EV global.

Prospek Emiten:

ANTM: Potensi sinergi dengan IBC (Indonesia Battery Corporation), rawan diprivatisasi sebagian.
INCO: Sumber daya jangka panjang, rendah emisi.
MBMA & NCKL: Diuntungkan dari strategi downstream Harita dan Merdeka.

Proyeksi CAGR Saham Nikel: 15–18% per tahun hingga 2030

2. Emas – Lindung Nilai Terhadap Ketidakpastian

Situasi Global: Ketegangan AS-China dan inflasi global dorong permintaan emas fisik dan digital.
Emiten Unggulan: MDKA, BRMS, PSAB, ARCI
MDKA punya diversifikasi solid ke tembaga.
BRMS diuntungkan dari naiknya harga emas dan peningkatan cadangan.

Proyeksi CAGR Saham Emas: 10–12% per tahun hingga 2030

3. Tembaga – Urat Syaraf Teknologi Masa Depan

Dibutuhkan dalam setiap unit kendaraan listrik, panel surya, dan infrastruktur digital.
AMMN menjadi primadona karena kapasitas ekspor dan kualitas tembaganya.

Proyeksi CAGR Saham Tembaga (AMMN, MDKA): 12–15% per tahun hingga 2030

Risiko Yang Perlu Dipertimbangkan

1. Volatilitas Harga Komoditas Dunia
→ Harga logam sangat sensitif terhadap ketegangan geopolitik dan suku bunga global.

2. Overregulasi Domestik
→ Kebijakan hilirisasi bisa memberatkan biaya operasional jika tidak disertai insentif fiskal.

3. Persaingan Regional (Filipina, Afrika, dan Australia)
→ Negara-negara lain mulai menyaingi posisi Indonesia dalam nikel & tembaga.

Kesimpulan

Saham-saham mineral bukan sekadar permainan komoditas, tapi cerminan masa depan energi dunia. Dengan strategi hilirisasi, konsolidasi vertikal, dan dukungan geopolitik, Indonesia sedang memegang kunci baru peradaban: logam hijau.

Tim Riset Migas360.id