Di tengah riak fluktuasi harga minyak dunia dan ketatnya persaingan industri hulu migas domestik, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), anak usaha Grup Bakrie, tengah berdiri di persimpangan strategis: antara lonjakan momentum produksi dan tantangan pembiayaan proyek besar. Dengan sederet langkah akuisisi blok strategis dan temuan cadangan baru yang signifikan, perusahaan ini tampaknya siap kembali mencetak namanya sebagai pemain utama energi nasional.
Dari Sengkang ke Kangean: Konsolidasi Aset, Konsolidasi Arah
Perkembangan paling mencolok datang dari Blok Sengkang di Sulawesi Selatan. Setelah mengakuisisi 51% kepemilikan melalui Energi Equity Epic (EEJ), ENRG resmi mengendalikan seluruh operasional lapangan ini sejak akhir 2024. Tak sekadar soal kendali, blok ini mengandung cadangan gas terbukti yang dapat menyuplai hingga 50 juta standar kaki kubik gas per hari (MMscfd), menjadikannya tumpuan produksi jangka pendek.
Langkah agresif berlanjut pada Blok Kangean di Jawa Timur. Pada Mei 2025, ENRG memperbesar porsi kepemilikannya hingga menjadi operator tunggal. Di mata pengamat, akuisisi ini bukan sekadar perluasan portofolio, melainkan penegasan arah strategi: perusahaan membidik dominasi di lapangan gas dalam negeri, khususnya yang sudah siap produksi dan berkontrak jangka panjang dengan pembeli seperti PLN.
Bentu Jadi Bintang Baru
Namun sorotan utama datang dari Blok Bentu, Riau. Pada kuartal kedua 2025, ENRG mengumumkan dua temuan yang bisa mengubah peta nilai aset perusahaan secara menyeluruh. Pertama, sumur CEN‑01 menemukan kandungan gas sebesar 126 miliar standar kaki kubik (Bcf) yang siap dikembangkan untuk memenuhi permintaan domestik.
Kejutan kedua justru datang dari bawahnya. Pada pengeboran lanjutan, formasi Lakat memperlihatkan potensi cadangan minyak sebesar 20 juta barel — angka yang dianggap besar untuk lapangan onshore di Indonesia saat ini. Perusahaan merancang 11 sumur pengembangan dengan target produksi hingga 2.500 barel per hari, angka yang bisa menggandakan produksi minyak ENRG saat ini.
“Bentu adalah cerita baru kami. Ini bukan hanya tentang cadangan, tetapi tentang kontrol penuh atas rantai nilai: dari lifting hingga monetisasi,” ujar Dito Bakrie, Direktur Utama ENRG, dalam pernyataan resminya.
Catatan Finansial dan Strategi Buyback
Kinerja finansial ENRG pun memperlihatkan tren membaik. Per September 2024, pendapatan perusahaan tumbuh 8% year-on-year menjadi US$319,7 juta, sementara laba bersih melonjak 12% ke angka US$51,3 juta. EBITDA menyentuh US$180 juta — sinyal kuat atas efisiensi operasional dan kontrol biaya.
Menariknya, di tengah proyek-proyek ekspansi, ENRG justru meluncurkan program pembelian kembali saham (buyback) senilai US$12 juta. Langkah ini dibaca oleh pelaku pasar sebagai sinyal kuat bahwa manajemen yakin pada valuasi saham yang saat ini dianggap undervalued.
Prospek Cerah, Tapi Jalan Terjal
Meski peluang tampak terbuka lebar, jalan ke depan tidak sepenuhnya mulus. Tantangan utama datang dari sisi pembiayaan pengembangan. Sumur dalam, fasilitas pemrosesan, hingga infrastruktur gas memerlukan modal besar. Sementara itu, ketergantungan pada kontrak jangka panjang dengan PLN dan Pertamina berarti perusahaan harus memastikan keberlangsungan harga jual dan volume pengambilan.
Regulasi juga menjadi sorotan. ENRG memiliki beberapa wilayah kerja dengan kontrak yang akan jatuh tempo dalam 5–10 tahun ke depan. Negosiasi perpanjangan atau transisi ke skema gross split harus dilakukan dengan cermat agar tidak menggerus margin perusahaan.
Menanti Realisasi, Menakar Risiko
Keberhasilan ENRG dalam mengeksekusi program pengeboran dan monetisasi cadangan akan sangat menentukan dalam 12–24 bulan ke depan. Pasar menunggu realisasi lifting dari sumur-sumur baru dan kejelasan strategi pembiayaan proyek skala besar.
Jika berhasil, ENRG bukan hanya akan menjadi kisah kebangkitan perusahaan migas swasta nasional, tetapi juga bukti bahwa perusahaan dari konglomerasi lama seperti Grup Bakrie masih bisa memainkan peran penting dalam peta energi masa depan Indonesia.
Bagi investor dan pelaku industri, satu hal kini pasti: Energi Mega Persada tak lagi sekadar warisan nama besar. Ia sedang menulis ulang narasi eksistensinya — di ladang minyak dan gas, bukan di lantai bursa semata.
Tim Riset & Investigasi Migas360.id









