Konflik terbaru antara Israel dan Iran kembali memicu lonjakan harga minyak global. Serangan udara Israel ke fasilitas nuklir dan energi Iran, serta balasan rudal dan drone dari Teheran, telah mengerek harga minyak hingga 9–11% dalam beberapa hari terakhir.
Bagaimana Reaksi Pasar Minyak Dunia?
Brent crude melonjak dari sekitar USD 69 menjadi di atas USD 75 per barel, puncaknya sempat mendekati USD 78. WTI mengikuti tren serupa, menyentuh kisaran USD 74–77 per barel. Sentimen pasar mengarah ke aset aman: Dolar AS dan emas menguat, sementara indeks saham global melemah.
Para analis memperingatkan bahwa risiko terparah—perlu memantau pangkal volatilitas pasar global di selat Hormuz—bisa mendorong harga minyak menembus USD 100/barel. Namun, jika konflik terbatas, kenaikan harga diperkirakan bersifat sementara.
Dampak pada Indonesia
1. Selisih Harga Minyak Impor
Sebagai negara net-importer, Indonesia akan merasakan kenaikan harga impor minyak, menaikkan beban impor negara dan memicu tekanan pada defisit transaksi berjalan.
2. Harga Bahan Bakar di Dalam Negeri
Peningkatan harga minyak global bisa memicu penyesuaian Harga Eceran Tertinggi (HET) BBM, meski penyesuaian biasanya tertunda karena subsidi pemerintah.
3. Tekanan Inflasi
Kenaikan harga BBM akan menambah biaya transportasi dan distribusi, mempengaruhi inflasi dan daya beli masyarakat, serta berpotensi menurunkan pertumbuhan ekonomi.
4. Risiko Rupiah dan Bursa Saham
Istilah seperti “risk-off” menggambarkan investor global yang melepas aset berisiko, berpotensi melemahkan rupiah dan menekan indeks saham domestik .
5. Langkah Kebijakan Pemerintah
Bank Indonesia kemungkinan akan memilih kebijakan berhati‑hati: menahan suku bunga untuk menjaga stabilitas rupiah, di tengah inflasi dan pertumbuhan yang melambat .
Pemerintah juga bisa mempercepat impor dari negara tepercaya dan mengoptimalkan cadangan minyak strategis untuk meredam tekanan harga.
| Dampak Konflik | Implikasi Untuk RI |
| Harga minyak naik 9–11% | Tekanan berat pada neraca impor dan defisit transaksi berjalan |
| Potensi gangguan pasokan (Hormuz) | Mendorong harga BBM dan inflasi |
| Sentimen global risk-off | Tekanan pada rupiah dan bursa |
| Respons kebijakan global | Mendikte strategi cadangan, impor, dan suku bunga domestik |
Konflik Israel–Iran kembali mengingatkan Indonesia akan kerentanan terhadap fluktuasi harga minyak global. Meski dampak langsung belum kritis, kehati‑hatian dalam menjaga cadangan, diversifikasi pasokan, dan pastikan subsidi tepat sasaran sangat diperlukan. Langkah ini diperlukan agar ekonomi nasional tetap stabil dan masyarakat terlindungi dari lonjakan harga. Pemerintah dan regulator perlu terus memantau volatilitas pasar global pangkal di Selat Hormuz dan menyiapkan langkah cepat bila eskalasi konflik meningkat.
Tim Riset Migas360.id








