Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina Hulu Energi (PHE), terus merestrukturisasi portofolio blok migasnya. Hingga Juni 2025, strategi farm-in dan farm-out menjadi instrumen utama untuk berbagi risiko dan memperkuat kolaborasi internasional.
Langkah efisiensi dan penguatan aset hulu terus dilakukan oleh Pertamina Hulu Energi (PHE). Per Juni 2025, tercatat dua pergerakan strategis utama dalam skema partisipasi kepemilikan blok migas: farm-out di Blok Ogan Komering dan potensi farm-in di Blok Bobara.
Di Blok Ogan Komering, Sumatera Selatan, PHE tengah membuka peluang divestasi sebagian hak partisipasi (Participating Interest/PI). Kandidat utama yang dibidik adalah Jadestone Energy (Ogan Komering) Ltd., perusahaan migas global yang dinilai mampu menjadi mitra pengembangan jangka panjang. Selain itu, sejak November 2024, PT Sumsel Energi Ogan Komering, perusahaan daerah (BUMD) Sumatera Selatan, resmi mendapatkan alokasi PI sebesar 10% sesuai regulasi nasional.
Sebaliknya, di wilayah Indonesia Timur, PHE bersama TotalEnergies menjajaki akuisisi sekitar 25% PI dalam Blok Bobara yang saat ini dioperasikan oleh Petronas. Blok ini dinilai prospektif dan masuk dalam agenda percepatan eksplorasi migas nasional.
SKK Migas menyebut praktik farm-in dan farm-out sebagai bagian dari manajemen risiko yang sehat dan terbuka terhadap keterlibatan perusahaan migas internasional. Selain itu, migrasi empat blok migas Pertamina ke skema cost-recovery sejak 2024 — termasuk ONWJ dan OSES — turut memperkuat daya tarik investasi dan fleksibilitas struktur kerja sama.
Langkah ini mencerminkan upaya Pertamina untuk menyeimbangkan portofolio antara aset produksi lama dan wilayah eksplorasi baru, sekaligus memperluas jejaring kerja sama global guna menjaga ketahanan energi nasional.
Dengan kombinasi strategi teknis dan komersial tersebut, PHE menegaskan komitmennya dalam menjaga produksi nasional sekaligus menciptakan model bisnis yang adaptif terhadap tantangan industri migas ke depan.
Tim Riset & Investigasi Migas360.id







